
MENGUNJUNGI Kota Barabai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel), memasuki areal Pasar Keramat atau Pasar Hanyar, kita akan disambut sebuah taman dengan tugu yang berdiri gagah ditengahnya.
Tugu yang berdiri diatas kontruksi bebatuan buatan itu, nampak kontras dengan tanaman serta bunga-bunga yang mengelilinginya.
Namun tak banyak yang tahu, bahwa di lokasi tugu dan taman itu, ternyata dulunya merupakan areal pemakaman atau komplek pekuburan orang Eropa.
Menurut pemerhati sejarah HST, Muhammad Mas Adi Yanoor, dulu warga Barabai menyebut kawasan tersebut dengan sebutan Karkop.

”Karkop berasal dari bahasa Belanda “Kerkhof” yang berarti makam atau kuburan. Oleh orang Banjar kemudian dilafalkan menjadi Karkop,” ujarnya saat ditemui di Barabai, Jum’at (10/3).
Pada zaman kolonial Belanda, Barabai memegang peran yang cukup penting sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan.
Kota yang dijuluki “Parisj van Borneo” oleh Belanda itu, didesain apik sebagai kota modern ala Paris, Prancis.
Barabai kala itu, menjadi kawasan permukiman elit bangsa Belanda yang dilengkapi arena pacuan kuda, lapangan tenis, bioskop dan rumah sakit atau Ziekenhuis (Hospital Barabai).

Setiap peringatan hari ulang tahun Ratu Belanda, di Barabai digelar pacuan kuda dan sepeda di Jalan Prinsen Adrian Weg (orang Barabai menyebutnya Pensedran) dengan rute dari Simpang Tangkarau hingga finish di Karkop Simpang Manjang.
Pasca kemerdekaan, Jalan Pensedran berganti nama menjadi Jalan Garuda dan saat ini kembali berganti menjadi Jalan PHM Noor.
Muhammad Mas Adi Yanoor mengatakan, di dalam areal Karkop terdapat makam seorang petinggi Belanda, WH Schlimmer.
“Menurut cerita orang dulu, di areal Karkop itu terdapat “kuburan basarubung” atau makam yang dilengkapi atap dan beberapa kuburan semen seperti bentuk monumen,” katanya.

Seiring waktu, tambahnya, kawasan Karkop pernah menjadi lokasi ”taksian bis” atau terminal bus antar kota.
”Dulu taksian bis yang eksis hingga akhir dekade 1970 itu, berbentuk huruf ”U” dengan Karkop berada ditengah-tengahnya,” tambahnya.
Sekitar awal 1990an Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HST membangun pasar baru yang dinamakan Pasar Keramat Barabai atau oleh warga sekitar disebut Pasar Hanyar disekitar lokasi itu.
Karkop kemudian dipindahkan ke Pagat, Kecamatan Batu Benawa, tepatnya di pemakaman Kristen.
Di bekas areal Karkop itu kemudian didirikan Taman Air Mancur.
Namun pada 2013 lalu, Taman Air Mancur dihancurkan dan diganti dengan Taman dan Tugu Pasar Keramat sampai sekarang. (ra/fer)