
Oleh: Muhammad Ferian Sadikin
ARIEF Abdurrahman Hakim dan Rahmat, baru selesai melaksanakan ibadah sholat Jum’at. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 14.00 Wita, keduanya bergegas memacu motor membelah Kota Barabai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel), menuju kawasan wisata Pagat di Kecamatan Batu Benawa.
Kedua orang itu, Arief Abdurrahman Hakim dan Rahmat, merupakan personel GeoArt Science dari Yogyakarta. Mereka hari ini akan memulai penelusuran goa di kawasan wisata Pagat.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HST melalui Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) setempat, bersama GeoArt Science Yogyakarta telah menyusun rencana susur dan eksplorasi goa Pagat.
Kegiatan tersebut dirancang untuk mengetahui dan mencari potensi goa Pagat untuk dijadikan destinasi wisata susur goa, sebagai bagian dari upaya pengembangan wisata daerah.
Sebagai langkah awal, tim GeoArt Science terlebih dahulu melakukan survey selama beberapa hari untuk pemetaan dan eksplorasi.
Arief Abdurrahman Hakim dan Rahmat sekali lagi memeriksa kelengkapan peralatan mereka. Rope access untuk single rope technique yang nantinya akan dipergunakan untuk caving atau kebutuhan dalam penelusuran goa. Saat itu, mereka sudah berdiri di mulut goa Pagat yang menganga.
Belum banyak yang pernah menelusuri goa Pagat, goa yang lahir dari sebuah legenda. Karena itu, refferensi tentang kehidupan gelap di dalamnya, sangatlah minim. Gambaran isi goa masih sebatas tutur kisah warga setempat, tanpa dokumentasi lengkap dan riset.
Di mulut goa, kedua orang itu masih berdiri takjud dengan sedikit keraguan yang menyeruak. Akan kah goa ini bisa dijadikan wisata umum? Pertanyaan itu menggayut dalam benak.
Bubuk uranine, laser distancemeter dan peralatan pemetaan goa lainnya sudah siap, kini saatnya melangkahkan kaki. Dan, seiring lampu kepala yang dinyalakan, petualangan itu dimulai.
Tiga hari lamanya tim GeoArt Science berkutat di goa Pagat. Mereka menelusuri goa hingga tembus, melakukan pemetaan dan eksplorasi. Titik terang, akhirnya didapatkan.
Menggunakan standar British Cave Research Assosiation (BCRA), dari hasil eksplorasi diketahui goa Pagat memiliki panjang 112,32m, dimensi ruang terlebar 16,86 x 11,41, atap tertinggi 24,54m dan gradien aliran sungai bawah tanah 4,30m.
Dari keseluruhan data tersebut, yang potensial untuk dijadikan wisata umum nantinya sekitar 60m. Selain wisata umum, rencananya akan ada akses wisata minat khusus yang tidak dilengkapi jalur buatan. Jalur tersebut akan lebih sulit dan menantang karena harus dilengkapi dengan standar safety dan peralatan khusus penelusuran.
“Berdasarkan hasil survey, untuk wisata umum nantinya harus dilengkapi infrastruktur penunjang seperti pencahayaan tambahan, jalur pengunjung dan lainnya untuk mempermudah pengunjung yang tidak memiliki keahlian atau orang awam,” Arief Abdurrahman Hakim menjelaskan.
Setiap pengunjung yang datang, akan diberikan edukasi, konservasi dan penjelasan tentang sejarah goa. Apabila ada mitos atau hikayat dan cerita rakyat, bisa dikemas menjadi daya tarik wisata.
”Wisata itu nantinya akan memiliki dampak domino, salah satunya berdampak pada peningkatan perekonomian warga sekitar,” Rahmat menambahkan.
Obyek wisata Pagat memang terkenal sejak dahulu. Kawasan wisata alam yang menawarkan keindahan nuansa pegunungan dengan aliran jeram serta bebatuan itu, memang mempesona. Terlebih lagi, sebuah legenda menyertai perbukitan yang memiliki rongga goa ditengahnya itu.
Konon, bukit batu yang menjulang itu adalah buritan kapal milik Raden Penganten atau Radin Pangantin yang pecah karena dikutuk sang bunda. Legendanya tak jauh beda dengan cerita Malin Kundang, tentang anak durhaka yang kualat dengan ibunda.
Terkait rencana Pemkab HST yang ingin lebih mengembangkan kawasan wisata Pagat, akademisi Bidang Kehutanan dan Lingkungan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Hafiziyanor berpendapat, dari aspek lingkungan dan kehutanan, jenis wisata minat khusus jika dikelola dengan baik akan berdampak positif terhadap lingkungan.
”Karena wisata minat khusus menekankan pada aspek penghayatan dan penghargaan lebih pada kelestarian serta keindahan lingkungan, berikut pesona budayanya,” katanya.
Wisata minat khsusu juga bermanfaat memperkaya wawasan, pengalaman petualangan dan pengalaman belajar. Dalam wisata minat khusus pembangunan kawasan pariwisata dan produk-produknya harus berdasarkan kreteria keberlanjutan dan dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi dan adil secara sosial.
”Kebermanfaatannya harus berkelanjutan terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial, tergantung bentuk wisata apa yang mau ditawarkan, tentu harus melalui kajian potensinya,” Hafiziyanor menambahkan.
Selain untuk pemasukan bagi daerah, yang penting juga, wisata minat khusus yang akan dikelola memiliki manfaat meningkatkan pendapapat warga sekitar.
Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) HST, Muhammad Yani mengatakan, pihaknya akan menjadikan wisata Pagat yang sudah melegenda sejak dahulu itu, menjadi wahana baru yang menantang.
“Kita jadikan wisata susur gua sebagai wahana petualangan dan edukasi tentang bebatuan Megalithicum,” katanya.
Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata Disporapar HST, Ahmad Rizqan menambahkan, susur gua dan eksplorasi di goa Pagat dilakukan untuk memastikan jalur tembus gua tersebut.
“Kegiatan tersebut dilakukan juga untuk mendukung pengembangan kawasan Pagat sebagai wisata kelola pemerintah daerah,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wisata Pagat, Maserani mengatakan, pihaknya sangat mendukung kegiatan survey dan pemetaan yang telah dilakukan.
“Selama ini pengunjung hanya bisa menikmati keindahan alam wisata batu benawa di bagian depannya saja, padahal masih sangat banyak potensi yang bisa dikembangkan,” katanya.
Diharapkan, survey dan pemetaan yang telah dilakukan akan menjadi langkah awal bagi pengelolaan wisata susur goa Pagat. Secepatnya, diharapkan sudah bisa disuguhkan kepada para pengunjung pengalaman yang berbeda saat berwisata di Pagat, lengkap dengan cerita legenda dan mitos yang menyertainya. (ra)

Wartawan TABIRkota.com