
PERKEMBANGAN teknologi sudah berhasil menggeser aneka permainan tradisional anak di Nusantara.
Banyak permainan tradisional kemudian hilang tanpa bekas.
Namun, tidak demikian halnya dengan balogo, permainan tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan.
Pertandingan-pertandingan balogo masih kerap diadakan di Kalimantan Selatan.
Balogo hampir selalu menjadi bagian dari even-even kebudayaan, termasuk dalam peringatan HUT kota dan kabupaten di provinsi ini.
Kabupaten Balangan, misalnya, mengadakan pertandingan balogo se-Kalimantan Selatan sebagai bagian dari peringatan HUT ke-19 daerah tersebut, Sabtu (19/3/2022).
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Barito Kuala juga telah menyelenggarakan pertandingan balogo se-Kalimantan Selatan, awal Januari lalu.
Permainan ini bahkan sudah memiliki organisasi bernama Persatuan Balogo Seluruh Indonesia.
Permainan ini bisa saja dimainkan oleh anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Balogo berasal dari kata “logo”, dan balogo sendiri berarti “bermain dengan logo”.
Yang dimaksud dengan logo di sini adalah kepingan tempurung kelapa yang dipotong dan dibentuk menyerupai koin.
Namun ukuran logo beberapa kali lebih besar ketimbang koin.
Lebar sebuah logo biasanya antara lima sampai tujuh sentimeter, dengan ketebalan sekitar satu sentimeter.
Bentuk logo tidak harus bundar seperti koin, melainkan bisa juga berbentuk segitiga atau menyerupai layang-layang.
Saat ini, logo biasanya diperindah dengan lukisan atau ornamen sehingga terlihat lebih menarik.

Selain logo yang berfungsi sebagai “peluru”, permainan ini juga memerlukan “stik” kayu atau bambu sebagai pemukul.
Dalam istilah Banjar, stik ini disebut “panapak” atau “cacampak” atau “campai”.
Panjang panapak biasanya antara 30 sampai 40 sentimeter, yang bentuknya semakin mengecil di bagian bawah.
Cara bermain balogo relatif mudah.
Permainan ini, boleh dibilang, perpaduan antara golf dan karambol, namun tanpa lubang.
Mula-mula, pemain harus meletakkan logo pada jarak yang telah ditentukan dengan logo milik lawan.
Antara logo milik pemain dengan logo milik lawan diposisikan lurus sejajar.
Selanjutnya, ujung bawah stik panapak diletakkan tepat di belakang logo.
Pemain balogo kemudian memegang bagian atas stik panapak dengan salah satu tangan, dan tangan yang lain menepuk atau memukul bagian bawah stik panapak.
Begitu stik panapak bagian bawah ditepuk, maka otomatis logo akan meluncur ke arah logo milik lawan.
Semakin banyak logo milik lawan yang berhasil dijatuhkan, maka bertambah banyak pula poin atau nilai yang akan didapat.
Permainan balogo dapat dimainkan, baik perorangan maupun atau beregu.
Tiap regu biasanya terdiri dari dua hingga lima orang.
Apabila dimainkan beregu, maka jumlah logo harus sama dengan jumlah orang di regu tersebut.
Untuk menentukan siapa atau kelompok mana yang mendapat kesempatan pertama bermain, biasanya akan ditentukan melalui “suit” atau “pingsut”.
Pemain atau kelompok yang kalah dalam “suit” harus menyusun logo mereka tegak lurus dan berderet ke belakang.
Jarak antara titik start dengan logo yang disusun, ditentukan melalui kesepakatan bersama.
Masing-masing pemain balogo hanya memiliki dua kali kesempatan setiap ronde untuk menjatuhkan logo lawan.
Juri atau wasit biasanya akan menentukan batasan waktu dalam setiap babak atau ronde pertandingan balogo.
Pada kesempatan pertama, jika seorang pemain mampu menjatuhkan logo milik lawan, maka poin yang didapat akan digandakan sesuai posisi logo lawan tersebut.
Namun jika seorang pemain mampu mengenai langsung logo lawan di posisi paling akhir, maka permainan pada ronde tersebut akan dinyatakan selesai, dan pemain tersebut mendapatkan poin maksimal.
Tentu bukan pekerjaan mudah untuk meraih kemenangan melalui cara ini.
Sebab seorang pemain harus mampu meluncurkan logo dengan teknik khusus, sehingga logonya dapat melompati logo-logo lawan yang berada di bagian depan.
Pemain atau kelompok yang berhasil mengumpulkan poin paling banyak, maka dialah yang menjadi pemenang. (sah)